Menghidupkan yang Terbuang: dari Limbah Kayu jadi Dunia Bermain Anak
![]() |
| Dias sedang menunjukkan hasil karya mainannya dari limbah kayu. Sumber: Fahrizal Firmani/Radar Bromo |
Di Bugul Kidul, pintu masuk sebelah timur Kota Pasuruan, deru kendaraan bercampur dengan aroma khas limbah kayu dari sebuah gudang kecil. Dibalik tumpukan papan dan potongan kayu yang dianggap tak berguna, ada seorang pria bernama Achmad Adias Wijaya yang melihat sesuatu secara berbeda.
Bagi sebagian orang, potongan kayu hanyalah limbah yang tak berguna. Namun di tangan Dias, panggilan akrabnya, ada peluang untuk menjadikannya sesuatu yang bermakna bagi anak-anak dan lingkungannya.
Industri Mebel dan Potensi Limbah Kayu
![]() |
| Peta sebaran Industri Mebel di Kota Pasuruan. Sumber: Jurnal Teknik ITS |
Jawa Timur dikenal sebagai salah satu provinsi dengan industri kayu dan furnitur besar. Dikutip dari Desprindag Jawa Timur, pada 2019 terdapat 10.120 unit industri pengolahan kayu, termasuk furnitur atau mebel. Dari jumlah itu, lebih dari 9.000 unit adalah industri kecil yang tersebar di berbagai kota atau kabupaten. Industri ini menyerap lebih dari 57.000 tenaga kerja, menjadikannya salah satu tulang punggung ekonomi Jawa Timur.
Dalam peta industri mebel, Kota Pasuruan menempati posisi penting. Salah satunya karena Pasar Mebel Bukir di Kecamatan Gading Rejo. Ia dikenal sebagai sentra mebel rakyat yang menempati lahan 2 hektare dengan lebih dari 450 pengrajin dan pedagang aktif.
Pasar ini bahkan disebut sebagai pasar mebel rakyat terbesar setelah Jepara. Dengan dominasi itu, tidak heran jika Pasuruan dijuluki sebagai salah satu motor penggerak perekonomian Jawa Timur di sektor furnitur atau mebel. Namun, ada konsekuensi besar yang jarang diperhatikan, yaitu adanya limbah kayu.
Potongan kayu jati atau pinus yang tak sesuai ukuran, serpihan papan, dan kayu yang cacat finishing, setiap harinya bertumpuk dalam jumlah besar. Sebagian ada yang dibakar, sebagian dijual murah sebagai kayu bakar, atau dibiarkan membusuk begitu saja. Potensi yang seharusnya bisa jadi nilai tambah ini hilang begitu saja. Sementara limbahnya menjadi persoalan lingkungan.
Menghidupkan Potongan yang Terbuang
![]() |
| Berbagai produk dari Artdias Gellery. Sumber: Instagram artdias_gallery |
Menariknya, Dias bukanlah lulusan seni rupa atau desain. Ia justru seorang sarjana pertanian dari Universitas Brawijaya Malang yang pernah bekerja di bank. Dengan latar belakangnya yang jauh dari dunia seni ini, siapa sangka ia menjadi salah satu pencetus ide kreatif dari limbah kayu.
Meski tak punya background seni, pada 2015 ia memberanikan diri mendirikan Artdias Gallery - wadah kecil yang ia gunakan untuk menuangkan gagasan kreatifnya. Dari peralatan sederhana seperti jigsaw, gerinda, amplas, bor tangan, hingga bor listrik itulah ia mulai mengolah limbah kayu jati dan pinus menjadi mainan anak-anak. Uniknya lagi, Dias belajar secara otodidak. Ia memanfaatkan Pinterest dan Youtube sebagai 'guru virtualnya'. Hingga akhirnya ia mulai serius mengikuti pelatihan desain untuk memperkuat keterampilannya.
Kisah Dias menemukan jalannya berawal dari sebuah momen sederhana. Di channel YouTube Ramapati Pasuruan, Dias bercerita pernah mengikuti pelatihan di UPT Kayu Bukir, Pasuruan. Hari itu, sebuah pickup datang mengangkut sisa-sisa potongan kayu. Penasaran, Dias bertanya kepada pemiliknya: “Pak, mau dipakai buat apa sisa-sisa kayunya?” Sang pemilik menjawab kalau potongan kayu itu akan dipakai sebagai kayu bakar untuk usaha tahu miliknya.
Dias sempat tertegun kala itu. Kayu yang dibawa bapak itu bukan sembarang kayu, melainkan Kayu Jati Perhutani - kayu TPK yang kualitasnya terkenal nomor satu di Indonesia. Baginya, rasanya sayang sekali bila kayu berharga itu hanya berakhir di tungku. Dari situlah ide besarnya mulai tumbuh: bagaimana kalau potongan kayu yang dianggap limbah ini diberi kehidupan baru?
Dari sanalah kerajinan pertamanya lahir, bukan mainan anak-anak tapi sebuah jam dinding palet. Jam itu menjadi identitas awal sekaligus pintu masuk bagi Artdias Gallery. Dari jam dinding, kreatifitasnya pun terus berkembang hingga menghasilkan mainan. Gagasan mengolah limbah kayu menjadi mainan baru mulai muncul pada 2023, dan uniknya berawal dari ketidaksengajaan.
![]() |
| Mainan karya Dias. Sumber: Instagram artdias_gallery |
Suatu kali, Dias menemukan sebuah video YouTube yang memperlihatkan orang membuat mainan dari kayu bekas. Kebetulan, ia pun cukup resah melihat anak-anak yang terlalu lekat dengan gawai.
“Awal mula kalau di tetangga sekitar saya, anak-anak kecil itu kan main hp ya sekarang. Tujuan saya bikin mainan mobil-mobilan itu supaya anak-anak teralihkan dan kembali ke mainan seperti dulu,” ujarnya.
Dari sanalah tercetus ide untuk membuat mainan kayu sederhana yang bisa jadi alternatif bagi orang tua. Dias memilih kayu pinus dan jati sebagai bahan utama. Kayu pinus ia beli dari luar Pasuruan, panjang sekitar satu meter dengan harga Rp 8 ribu per batang. Sementara, limbah kayu jati didapatkan dari pengrajin mebel Pasuruan, karena stoknya melimpah dan kualitasnya terjamin.
Pinus dipilih karena warnanya cerah, sedangkan jati karena kekuatannya. Dari dua jenis kayu ini, lahirlah mobil-mobilan, rumah-rumahan, hingga puzzle. Proses produksinya pun khas. Jika dalam skala besar, Dias bekerja sama dengan tukang lain dengan sistem borongan.
Pria kelahiran 1989 ini mengaku kalau dalam sehari bisa menghasilkan seratus potong mainan setengah jadi. Dias kemudian mengurus bagian perakitan dan pengamplasan dan biasanya selesai dalam dua hari. Sementara, untuk roda mobil, ia menggunakan dua bahan yaitu kayu yang direkatkan dengan lem dan logam bekas yang dibeli di pasar loak Gadingrejo. Bagian akhir, pada tahap finishing, dilakukannya dengan cermat memastikan kalau setiap mainan tidak hanya kuat tapi juga indah untuk dipandang.
Adapun kalau membuat mainan bentuk rumah baginya lebih rumit. Dikutip dalam Radar Bromo, ia mengaku mengerjakan mainan bentuk rumah sendiri karena butuh ketelitian tinggi. Mulai dari pagar kecil dari kawat dan paku hingga hiasan pohon dari biji pinus. Waktu pengerjaannya bisa tiga hari atau lebih. Harga mainan yang ia jual pun juga bervariasi. Ada mobil kecil Rp 35 ribu, model truk Rp 65 ribu, sedangkan rumah kayu berkisar Rp 65 ribu hingga Rp 100 ribu.
Selama 10 tahun ia menggeluti bidang ini, produksi karyanya dilakukan di rumah sekaligus toko offline miliknya. Alamat itu berlokasi di Perum Gerajaan di L7 Bagawan, Bugulgitul, Pasuruan. Namun, pemasarannya tidak hanya berhenti di situ. Lewat pameran, media sosial, dan marketplace, karya Artdias Gallery menjangkau pembeli lebih luas.
![]() |
| Artdias Gallery mengadakan workshop bersama anak-anak. Sumber: Instagram artdias_gallery |
Dias juga aktif mengadakan workshop dan giveaway, termasuk kegiatan menarik bersama anak-anak di Pasuruan. Dalam workshop itu, anak-anak diajak merangkai sekaligus melukis mainan kayu. Dari sinilah lahir produk inovatif bernama Memadaku atau melukis mainan dari kayu. Sebuah paket edukasi di mana anak-anak bisa merakit komponen kayu lalu menghiasinya dengan cat sesuai imajinasi mereka.
Menurut Dias, produk seperti Memadaku bukan hanya mainan, tapi juga pengalaman belajar. Anak-anak diajak berkreasi, mengenal tekstur kayu, dan melatih motorik halus mereka. Dia mengatakan kalau nilai edukasinya lebih terasa karena anak ikut terlibat dalam proses membuat mainannya sendiri.
Yang Terbuang Memberi Dampak
Dampaknya pun terasa jelas. Dari perjalanan panjang itu terlihat jelas bagaimana solusi Dias menjelma menjadi dampak nyata. Bagi lingkungan, limbah kayu yang tadinya berakhir di tungku atau tempat sampah, kini mendapat kehidupan baru sebagai mainan edukatif. Kalau dari segi ekonomi, warga sekitar ikut terlibat dalam proses produksi, seperti melakukan pengamplasan hingga mengecat. Ini membuka peluang penghasilan tambahan bagi mereka.
Kalau dari segi inovasi, adanya kehadiran produk baru seperti Memadaku ini bisa memperkaya pilihan mainan anak di pasaran. Hal ini memberikan alternatif yang ramah lingkungan dan penuh nilai edukasi. Ditambah lagi, dampaknya bagi identitas lokal. Pasuruan yang semula dikenal sebagai kota mebel, kini merambah dikenal sebagai kota dengan inovasi kreatif melalui pemanfaatan limbah kayu.
Ketekunan Dias selama hampir 10 tahun pun juga berbuah manis. Pada 2024, ia mendapatkan apresiasi nasional berupa SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards dari Astra, sebuah penghargaan bergengsi yang diberikan kepada anak muda dengan kontribusi sosial nyata. Penghargaan itu menjadi pengakuan bahwa kerja keras dari sebuah ruang kecil bisa berdampak besar bagi lingkungan, ekonomi, dan masa depan anak-anak. #APAxKBN2025
Sumber artikel:
https://media.neliti.com/media/publications/510001-none-c21a0093.pdf
https://www.youtube.com/watch?v=x8lYk12rCiE
https://pasuruankota.go.id/2022/01/11/industri-mebel-motor-penggerak-perekonomian-kota-pasuruan/





Posting Komentar untuk " Menghidupkan yang Terbuang: dari Limbah Kayu jadi Dunia Bermain Anak"
Posting Komentar